Kurangnya Nafsu Belajar
Banyak orang tua yang mengeluh dan nggak sedikit juga yang kecewa dengan nilai dan prestasi anak yang jelek di sekolah. Penyebabnya sudah pasti karena si anak malas belajar. Bahkan untuk membuatnya duduk di meja belajar, kadang kita harus bersusah payah bertengkar dan negosiasi dulu dengan si anak. Nggak jarang anak ngambek atau menangis saat disuruh belajar. Sebagai orang tua, kadang kita pun nggak jarang memberi hukuman dan membanding-bandingkannya dengan anak lain yang dirasa sesuai dengan ekspektasi kita. Namun tahukah Anda kalau hal itu bisa berdampak buruk bagi kejiwaan anak kita?
Lalu gimana dong mengatasi anak yang malas belajar? Bagaimana sikap kita, orangtua dalam menghadapinya?
Pertama-tama, kita harus tahu dulu apa penyebab anak menolak belajar, baru bisa mengatasinya. Informasi basic nih, malas belajar itu, secara psikologis adalah bentuk dari melemahnya kondisi mental, fisik, intelektual dan psikis. Makanya dari sisi kejiwaan, malas belajar dapat disebabkan karena dua faktor;
Faktor Intrinstik (dalam diri)
Biasanya rasa malas belajar pada anak dikarenakan belum ada motivasi dalam diri mereka. Motivasi belum tumbuh lantaran si anak belum tahu apa manfaat dari belajar dan apa tujuan yang bisa dicapai dengan belajar. Selain itu, kelelahan fisik juga jadi faktor utama kenapa anak malas belajar. Coba bayangkan, kegiatan rutin seperti sekolah, les dan kursus ini itu, belum lagi ekstrakurikuler dan main, dilakukan anak dalam seharian. Bisa jadi kegiatan yang segudang ini yang membuat fisik anak kelekahan dan nggak punya lagi energi tersisa untuk belajar.
Faktor Ekstrinsik (luar)
1. Sikap Orang tua
Di masyarakat kita, nilai yang tinggi di sekolah nyatanya masih sangat diagung-agungkan. Untuk itu para orang tua sangat giat nih menyuruh anak belajar tanpa mengajarkan kesadaran dan tanggung jawab sebagai pelajar. Dan seringnya, giat menyuruh ini tidak diiring dengan memberikan perhatian dalam kegiata belajarnya. Parahnya lagi, kalau nilai si anak jelek, nggak jarang orang tua marah-marah dan membandingkannya dengan anak lain. Menurut pakar psikologi, sebenarnya hingga usia Sekolah Dasar jangan diorientasikan pada nilai, tetapi bagaimana membiasakan anak untuk mampu fokus saat waktunya belajar, berlatih tanggung jawab dan bisa disiplin terhadap waktu (belajar). Prestasi dalam hidup si kecil nggak hanya diukur dari berapa nilai yang didapatnya di sekolah, kok. Namun lebih dari bagaimana si anak tumbuh jadi manusia yang bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Betul?
2. Sikap Guru
Sebagai orang tua, harapan kita tentunya guru bisa menjadi teladan anak dan dengan kesabarannya mampu menuntun anak dalam berbagai jenjang pendididikan. Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana sikap guru di sekolah? Apakah mereka sesuai dengan harapan kita? Nggak jarang sikap guru ini yang justru menjadi keluhan para siswa. Banyak sih penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam mengajar, guru yang tidak menguasai materi, atau guru yang lebih senang memberi banyak tugas tanpa diimbangi dengan cara pengajaran yang efektif.
3. Sikap Teman
Interaksi paling sering yang terjadi dalam keseharian anak adalah bersama teman-temannya, dan hal ini mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku anak di rumah. Eh, tapi bukan berarti kita bisa menyalahkan teman-temannya saat si kecil ogah belajar, lho. Interaksi yang meyebabkan suatu keputusan–malas belajar–biasanya bukan dipicu provokasi dari teman-temannya, namun lebih kepada keputusan bersama saat misalnya sedang asik bermain. Untuk itu, sebagai orang tua, kita harus pintar mencuri perhatian si kecil dan teman-temannya. Misalnya nih, waktu sedang asik berpain games, kita alihkan untuk bermain tapi sambil belajar.
4. Suasana Belajar di Rumah
Sebelumnya ada hal perlu kita sadari sebelum bisa menciptakan suasana belajar yang nyaman di rumah. Apakah kita tipe pengajar yang baik untuk anak? Karena, sikap kita sebagai pengajar di rumah sangat memengaruhi suasana belajar anak di rumah. Jika kita tipe yang mudah terbawa emosi saat mengajar, jangan heran kalau aktivitas belajar akan jadi mimpi buruk bagi si kecil. Ujung-ujungnya, ya malas belajar. Selain itu, kita juga harus menerapkan jam belajar yang teratur, dengan begitu si anak sudah terbiasa dengan pola belajar dan dengan sendirinya tercipta suasana belajar yang nyaman.
5. Sarana Belajar
Faktor sarana ini juga merupakan hal penting nih untuk mendukung kegiatan belajar anak. Sarana ini bukan berarti harus gadget canggih atau buku mahal, lho. Hal kecil seperti meja belajar atau alat tulis yang memadai sudah cukup kok menunjang sarana belajar. Mungkin untuk memotivasi minat belajar anak, alat tulis yang disediakan berwarna-warni sesuai minat anak.